TAK semuanya bahagia itu diukur dengan banyaknya harta yang dimiliki. Banyak kita temui orang kaya raya yang tidak pernah bahagia. Ini bisa menjadi bukti bahwa kebahagiaan tidak diukur dari harta dan kemewahan. Misalnya, menolong orang lain yang membutuhkan bantuan atau berkumpul bersama anak dan keluarga serta lainnya.Tindakan menolong orang lain misalkan sangat menyenangkan hati, melapangkan dan membantu mengatasi kesulitan merupakan tindakan yang sangat mulia dan disukai Allah SWT.
Dikisahkan, seorang sahabat menemui Rasulullah, ia mengatakan bahwa dirinya tidak pernah merasakan kebahagiaan. Ia hanya merasakan hati yang keras dan kaku. Rasulullah pun meminta sahabatnya memberi makan fakir miskin dan anak yatim dan kemudian mengusap kepala anak-anak yatim itu. Dengan begitu, hatinya akan berubah menjadi lembut, bahagia, dan tenang.
Inilah yang menjadi pertanyaan?, apa hubungan antara aktivitas memberi makanan kepada fakir miskin dan anak yatim dan kebahagiaan?. Sesungguhnya, Allah SWT memberikan balasan sesuai amal baik kita. Ketika hamba-NYA menyenangkan hati orang lain yang sedang kesusahan, Allah pun akan memberikan kesenangan hati kepada hamba-NYA itu. Allah memberikan kebahagiaan ke dasar hati orang yang mau berbagi kepada orang yang sedang dalam kesulitan. Untuk itu, tidak perlu jauh-jauh mencari kebahagiaan sejati. Kebahagian sejati itu sangat dekat dengan diri kita dan berada di sekitar kita. Lakukanlah tindakan yang dapat menyenangkan orang lain supaya Allah membalasnya dengan kebahagiaan.
Membahagiakan Orang Lain
Menjadi bahagia itu sederhana. Banyak aktivitas kecil yang dapat kita lakukan untuk menghasilkan kebahagian. Banyak cara yang tidak saja memberikan rasa bahagia bagi diri sendiri, tetapi juga bagi orang lain. Membahagiakan orang lain berarti menabung kebahagiaan bagi diri sendiri.
Cara efektif untuk membuat diri kita bahagia adalah dengan membahagiakan orang lain. Cara ini jauh lebih nikmat disbanding mencari kebahagiaan untuk diri sendiri. Cara sederhana yang dapat kita lakukan untuk membahagiakan orang lain, antara lain :
Tersenyum
Tebarlah senyum kepada orang yang kita kenal. Cara ini memberikan rasa senang pada orang yang menerima senyuman. Begitu pula dengan kita, yang akan merasa senang jika orang yang kita kenal memberikan senyuman. Memang, senyum adalah bahasa santun yang menyatakan bahwa kita menghargai atau menghormati orang lain.
Tolong-menolong
Jika kita bertemu seorang ibu yang tengah hamil tua dan membutuhkan pertolongan,tolonglah . Tolong menolong dalam bentuk apapun akan memberikan kebahagiaan pada orang yang kita tolong. Memberikan pertolongan tidak harus dalam bentuk uang—bisa juga tenaga, informasi, dan tindakan. Keikhlasan hati adalah yang paling penting, bukan menolong karena terpaksa atau untuk pamer (flexing). Menolong orang lain secara tidak langsung akan membuka kemudahan dan rezeki.
Kisah Inspiratif
Pada sebuah seminar yang dihadiri sekitar 50 orang peserta, sang trainer tiba-tiba berhenti memberikan materi dan mulai membagikan balon kepada masing-masing peserta. Para peserta diminta menuliskan namanya pada balon yang mereka terima dan mengembalikannya. Sang trainer kemudian memasukkan semua balon itu ke sebuah ruangan.
Setelah semuanya selesai, peserta seminar diminta masuk ke ruangan yang penuh balon untuk menemukan balon yang bertuliskan nama mereka. Waktu yang diberikan hanya lima menit. Apa yang terjadi ? semua orang panic mencari nama mereka. Dalam ruangan penuh balon itu terjadi tabrakan satu sama lain sehingga timbul kekacauan. Waktu lima menit yang diminta telah usai, tetapi tidak seorang pun menemukan balon dengan nama mereka!.
Kemudian, pembicara meminta mereka mengambil sembarang balon dengan acak dan memberikan kepada orang yang namanya tertulis di balon tersebut. Dalam beberapa menit semua peserta seminar sudah memegang balon dengan nama mereka sendiri.
Akhirnya, sang pembicara berkata, “ Peristiwa yang baru saja terjadi ini sering kita temukan dalam kehidupan sehari-hari. Semua orang sibuk mencari kebahagian untuk dirinya sendiri. Mereka tidak peduli dengan orang lain. Sama halnya, ketika mencari balon tadi, ternyata banyak yang gagal.”
Ya, ternyata para peserta seminar itu baru berhasil mendapatkan balon dengan nama mereka setelah mereka memberikan balon kepada peserta yang namanya tertera di balon yang mereka pegang. Pada saat itulah, tanpa disadari, mereka baru saja memberikan kebahagian kepada orang lain dengan cara saling tolong-menolong…
Seperti itulah kehidupan ini : Kita harus saling tolong-menolong dan tidak sikap egois. Karena kebahagiaan kita terletak pada kebahagiaan orang yang kita tolong. Dengan memberikan kebahagiaan kepada orang lain, kita akan mendapatkan balasan kebahagiaan bagi diri kita sendiri. Tebarkan kebahagiaan itu dengan memberikan kebahagiaan untuk orang lain.
Investasi Kebaikan
Seperti bunyi pepatah lama, ketika kita menanam padi, maka rumput ikut tumbuh. Tetapi ketika menanam rumput , padi tidak akan pernah tumbuh. Maknanya adalah saat kita melakukan kebaikan , terkadang hal-hal buruk ikut menyertai. Sebaliknya, ketika kita melakukan keburukan, tidak akan pernah ada kebaikan yang ikut bersamanya.
Meskipun begitu, jangan pernah bosan melakukan kebaikan sekecil apapun, walau pun kadang kebaikan itu tidak sempurna dan tidak diterima orang lain. Lakukanlah terus menerus bagi kehidupan kita. Lakukanlah karena kita ingin melakukannya, bukan karena ingin dipuji . Jangan melakukan kebaikan dengan mempertimbangkan untung dan rugi, karena kebaikan adalah investasi jangka panjang yang tidak pernah menjadikan pelakunya merugi. Kebaikan yang kita lakukan akan selalu menguntungkan 100 kali lipat. Akan tetapi, jangan pernah mengharapkan hasilnya dari manusia. Harapkanlah hanya dari Allah SWT.,,yang akan menempatkan diri kita pada derajat yang lebih tinggi dibandingkan orang yang sama sekali tidak pernah menanam investasi kebaikan dalam kehidupannya.
Anggaplah kebaikan-kebaikan kecil yang kita lakukan sebagai “tabungan kebaikan” kita di akhirat nanti. Siapkan investasi tabungan untuk kehidupan akhirat dengan cara menabung kebaikan yang akan memberikan banyak manfaat bagi orang lain.
Semakin banyak investasi kebaikan yang kita tabung, InsyaAllah semakin banyak amal yang kita bawa kelak di akhirat. Perhatikan, surah Az-Zalzalah, ayat 7: “Maka barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarrah, niscaya dia akan menerima balasannya.”. Zarrah yang disebutkan dalam ayat Alquran itu adalah biji yan tidak kelihatan yang dijadikan perumpamaan oleh Allah SWT. Perumpamaan itumerupakan bentuk penghargaan kepada manusia yang melakukan kebaikan sekecil apapun akan mendapatkan balasan kelak dari-NYA.
Pada bagian lain di Surah Al-Isra, ayat 7, dijelaskan : “Jika kamu berbuat baik (berarti) , kamu berbuat baik untuk dirimu sendiri…”. Oleh karena itu, apakah kita masih ragu dan menghitung-hitung kebaikan kita kepada orang lain?
Peka Mendengarkan
Dalam setiap perjalanan kehidupan ini, kita belajar banyak hal. Dan, dalam proses belajar itu pasti akan diawali dengan aktivitas “mendengar”.
Terlebih sebagai orangtua, kemampuan kita dalam mendengarkan senantiasa diasah, baik mengenai segala hal yang menjadi keinginan, unek-unek maupun pendapat anak-anak. Janganlah menjadi orangtua yang otoriter, yang selalu menginginkan anak melakukan apapun yang kita kehendaki. Ini jelas tidak bijak.
Karena itu, kemampuan menjadi pendengar sangatlah penting. Kemampuan mendengarkan pada zaman sekarang sudah mulai hilang sehingga kita harus terus melatih dan mengasahnya. Semakin sibuk seseorang, semakin sedikit waktu yang dapat diluangkannya untuk menjadi seorang pendengar. Kalaupun ada waktu barang satu menit yang bisa diluangkan, dia tidak sabar dalam mendengarkan; maunya cepat-cepat dan kurang sensitive terhadap lawan bicara.
Hal terbaik yang seharusnya kita lakukan adalah menyediakan waktu 60% untuk berkomunikasi dan mendengarkan apapun. Kemampuan mendengarkan ini merupakan salah satu syarat bagi kita untuk dapat mengerti , memahami, dan peduli satu sama lain.
Dengan kemampuan mendengarkan, kita dapat menyelesaikan suatu masalah. Syaratnya hanya satu, luangkan sedikit waktu. Bagaimana kita bisa menjadi seorang pemimpin jika tidak mampu mendengarkan keluhan dan masukan dari siapa pun.
Dalam bukunya, tujuh etos langit, Rizqi A Rosyadi menjelaskan beberapa cara untuk membantu kita menjadi seorang pendengar, antara lain :
Diamlah sesaat ketika ada orang datang kepada kita untuk mengutarakan sesuatu hal. Posisikan diri kita sebagai pendengar.
Jadilah pendengar yang baik dan sabar.
Duduklah lebih dekat pada narasumber yang ingin menyampaikan sesuatu.
Dengarkanlah seluruh pembicaraan tersebut dengan RASA (receive, appreciate, summarize, ask)
Jadilah pendengar aktif, yang tidak saja mendengarkan tetapi juga bisa melayang memikirkan hal lain dan ikut merasakan seluruh isi pesan yang disampaikan narasumber. Dengan demikian, kita dapat menemukan inti sari permasalahan yang disampaikan. Jika perlu, ajukan pertanyaan untuk memahami lebih dalam apa yang disampaikan.
Problem Solver
Hal terpenting yang harus kita ingat setelah berhasil menemukan potensi dalam diri adalah bagaimana menjadikan diri kita manusia yang memiliki mental dan intelektual baik. Sebagai manusia, kita tidak pernah lepas dari permasalahan kehidupan. Namun, setiap masalah pasti ada jalan keluarnya. Untuk menjadi seorang pemenang dalam kehidupan, jadilah seorang problem solver, yaitu orang yang selalu memiliki sejuta cara dan langkah terbaik dan menemukan langkah yang harus diambil dalam menghadapi permasalahan yang dihadapi. Jadi, setiap menemukan masalah, kita dapat menghasilkan atau menciptakan sesuatu yang baru.
Untuk menjadi problem solver, lakukanlah hal-hal berikut :
Indentifikasi setiap masalah dengan tepat, kenali mengapa dan mengapa masalah itu terjadi agar kita dapat memutuskan cara yang paling tepat untuk memecahkannya.
Temukan sumber dan akar permasalahan yang kita hadapi.
Definisikan sumber-sumber terjadinya permasalahan.
Cara cara menyelesaikan masalah secara efektif dan efisien.
Temukan tindakan atau solusi yang tepat, yang tidak memunculkan pemasalahan-permasalahan baru.
Jadilah penemu atau pemecah masalah,bukan menjadi sumber masalah sehingga kita dapat menjadi pribadi yang kritis, kreatif, dan inovatif. Banyak-banyaklah belajar dari berbagai permasalahan yang dihadapi sehingga akan semakin hidup dan lebih bergairah sebagai orang yang kritis, kreatif dan dinamis. Jangan Lupa Bahagia! (Redaksi)
Berita Lainnya
Dosen Universitas IGM, Tien Yustini Raih Gelar Doktoral di Universitas Sriwijaya
Benang Tipis Antara Sebuah Keluarga dan Negara
Model Advokasi Komunikasi Politik Dalam Menghadapi Tahapan Pemilihan Kepala Desa