Berita ::. donesia.co

Informasi Cerdas Indonesia

Soal Bayi Gajah, BKSDA Segera Siapkan Langkah Konservasi

DONESIA.CO, INDRALAYA — Usai kelahiran bayi gajah, Balai Konservasi Sumber Daya Alam yang berada di Suaka Margasatwa segera melakukan langkah serius.

Salah satunya dengan melakukan koservasi. SM Padang Sugihan memiliki kontur tanah rawa yang juga dialiri oleh beragam anak sungai yang cocok sebagai habitat gajah sumatera.

Gajah yang ada di SM Padang Sugihan semula adalah gajah liar yang kemudian dilatih untuk membantu petugas dalam melaksanakan sejumlah misi. Mereka memiliki peran untuk mengendalikan kelompok gajah jika ada konflik antara manusia dengan gajah liar. Tidak hanya di SM Padang Sugihan, di Lahat juga terdapat pusat latihan gajah.

“Di Lahat ada sekitar 10 ekor gajah jinak,” kata Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Sumatera Selatan , Ujang Wisnu Barata, Senin (21/6/2021). Menurutnya, gajah jinak ini perlahan akan dikembalikan ke alam dan pelan-pelan “diliarkan”.

“Kita tidak ingin beternak gajah tetapi menjaga populasi gajah liar di Sumsel agar keberadaan mereka tetap lestari,” ucap Ujang.

Karena itu, dalam satu tahun ke depan, lanjut Ujang pihaknya akan berupaya membuka pusat konservasi gajah yang terintegrasi sehingga mereka dapat hidup secara lebih liar lagi.

Nantinya akan ada pusat pelatihan gajah, dan suaka dimana gajah bisa berkeliaran, serta tempat bagi para pengunjung yang ingin melihat kehidupan gajah secara langsung.

Di kawasan SM Padang Sugihan sendiri merupakan salah satu kantong populasi gajah di Sumsel. Terdata ada sekitar 30 gajah liar yang hidup di kawasan ini, sedangkan tidak jauh dari sana tepatnya di hutan produksi sebuah perushaan, ada sekitar 70 gajah liar. Kantong gajah juga ada di kawasan Gunung Raya Kabupaten Ogan Komering Ulu.

“Secara keseluruhan kemungkinan ada 120-150 ekor gajah di Sumsel,” ucapnya.

Peneliti dari Hutan Kita Indonesia Bidang Konservasi (HaKI), Benny Hidayat, mengatakan tingginya angka kelahiran gajah di SM Padang Sugihan memang menandakan kawasan itu cocok sebagai habitat gajah. Hanya saja, akan jauh lebih baik jika gajah itu hidup secara diliarkan.

Dia mencontohkan dari sisi ukuran, gajah liar jauh lebih besar dibanding gajah latih.

Itu karena ketersediaan pakan memang lebih memadai di alam liar dibanding harus berada di pusat pelatihan. Setiap gajah dewasa, ujar Benny, membutuhkan sekitar 150 kilogram makanan setiap harinya baik berupa rumput, pelepah pohon, dan berbagai makanan lainnya. (bun)